Senin, September 22, 2008

Save the Earth

(Ernut's post)

Kemarin sore pada saat terjebak macet di pintu masuk suatu Trade Center, iseng kita longak-longok tengok kanan kiri cari kerjaan. Kemudian mata ini tertumbuk pada taman di sepanjang jalur Trade Center itu. Yang menarik perhatian, taman-taman itu ternyata dilengkapi dengan "lobang biopori". Salut kepada manajemen-nya yang perhatian pada masalah lingkungan. Sip.

Halaman rumah saya kebetulan juga sudah diberi lobang biopori. Lobang ini dibuat dengan alat khusus seperti tongkat yang ujungnya ada alat ulirnya yang bisa menguncek tanah kalau diputar sehingga membentuk bolongan. Bolongan ini akan menangkap air hujan dan jadilah dia lobang resapan. Fungsi lain, bolongan ini dapat dimasuki sampah organik limbah dari dapur baik berupa sisa sayur maupun daging. Sampah organik memerlukan waktu satu bulan untuk berubah menjadi pupuk kompos. (Bandingkan dengan sampah plastik yang memerlukan waktu 600 tahun untuk terurai...horok...opo tumon?).

Lobang biopori hasil karya saya di CK House

Selain itu, kulit telurpun adalah sumber pupuk yang menyehatkan bagi tanaman. Jangan buang kulit telur di dapur, kumpulkan dan remaslah menjadi serpihan. Taburkan pada pangkal batang tanaman...


Tanaman jambu yang saya taburi kulit telur, di susuh kami di Bandung.
Kalau lobang biopori terlalu kecil dan lebih diutamakan untuk resapan air. Maka sampah organik dapat dikumpulkan di wadah khusus seperti bekas kaleng cat dan sejenisnya. Beri beberapa lobang pada bodi wadah tersebut untuk sirkulasi udara. Masukkan aneka sampah organik ke dalamnya. Setelah penuh, tutup rapat. Dalam beberapa minggu, panen time! sampah akan berubah menjadi pupuk organik dengan ciri bentuk menjadi seperti tanah dan tak berbau. Pupuk siap menyuburkan halaman dan tanaman...gratis dan meringankan beban tukang sampah...

Koleksi sampah organik kami di susuh Bandung
yang sedang dalam proses berubah wujud menjadi pupuk.
Apa saja yang sudah kita lakukan untuk bumi dan alam ini?



14 komentar:

Diana mengatakan...

Wah salut Bu, insya Allah mau ikut bikin ah... Kebetulan taman di depan mau dirapiin,bisa kan ya nyuruh tukangnya utk sekalian bikin lub biopori? Oya, kalo pake tongkat biasa bisa ngga Bu?

Ayik dan Ernut mengatakan...

@diana: Sip deh kaluk mau bikin biopori juga! Sbetulnya pake alat apa saja bisa, yang penting bisa tercipta bolongan. Hanya alat yang saya punya itu memang memudahkan, setelah diulir ke dalam tanah, maka diulir balik sehingga tanah hasil bor2an tadi terangkat keluar..Alat bisa di dapat di trubus dan toko sejenis. Selamat punya taman baru yang indah dan ramah lingkungan ya!

Jenny Oetomo mengatakan...

Wah memang sangat ramah lingkungan dan kelihatannya tanamannya tambah subur ya, salam

Anonim mengatakan...

Wah, baru tahu kalau kulit telur bisa dipakai untuk pupuk. Berapa lama tuh kulit telurnya ditaruh di pangkal batang pohon? Apa selama-lamanya? Heran juga, prosesnya gimana ya, kok bisa jadi pupuk?
(awas kalau komen ini nggak 'nyangkut' lagi .... lho, kok ngancam :( )

Tuti Nonka

Ayik dan Ernut mengatakan...

@jenny: Setuju. Ayo dong ikutan!

@mbak tuti: itu namanya pupuk hewani untuk nabati mbak hehehe..kulit telus khan sampah organik, ntar dia terurai dengan sendirinya seiring perjalan waktu yang terus mendaya-dayu...*langsung lari takut disambit mbak tuti, sebagai author tersohor pasti gregetan baca kalimat nggak nggenah!* :)

Anonim mengatakan...

wah kog baru denger ttg biopori, pengin jg buat tp kebetulan tinggal di apartemen gak ada sisa tanah.

Ayik dan Ernut mengatakan...

@kenny: wah kaluk tinggal di apartemen jangan bikin biopori lho, nanti di denda sama manajemennya dengan dakwaan membuat kerusakan di muka bumi ini hehe..

Anonim mengatakan...

krn di sini hawanya nggak sepanas di sono , maka cara bikin komposnya lain mbak, tapi soal kulit telur itu memang benar bisa buat pupuk, ampas kopi juga bisa lho mbak, suamiku minum kopi tiap hari, ampasnya sering langsung tak taburkan di kebon, kalau tak taruh di jegong habislah dimakan manuk2 ^_^

Ayik dan Ernut mengatakan...

@ely: wah lucu juga manuk di sini, suka ampas kopi...ndak takut kancilen ya ihik..

Anonim mengatakan...

wah salut. save the earth! juga jangan lupa kalo belanja jgn pakai kantong plastik...bawa keranjang sendiri aja. plastiknya susah terurai alam boo..:)

sonyssk mengatakan...

kalau dikampungku (Karo, Sumut) tanah dipuja dan dihormati dengan julukan NINI BERASPATI TANEH sebagai lambang cinta kasih Tuhan kepada manusia.
Pendiri sebuah kampung, dijuluki ANAK TANEH. Besar pengaruh tanah disana maka kabupatennya pun disebut TANEH KARO SIMALEM ( Tanah Karo yang permai).
Orang karo merasa sangat terhina kalau tidak lagi mendapat warisan (tanah), maka disana sangat pantang menjual tanah warisan.

Ayik dan Ernut mengatakan...

ernut@nita: tul mbak nit, mosok sampah platik, kata ahlinya, baru terurai setelah 600 tahun, buutteet nggak sih?

ernut@sonnyssk: wah keren deh filosofi ttg tanah di Karo, bisa menyelamatkan tanah kita dari penguasaan pihak luar ya! Jadi ingat bonaga anak naga bonar..dia bisa bilang: "kaluk saya tak dapat warisan tanah, apa kata dunia?" hehe

imelda mengatakan...

wahhh sallut atas usaha kalian dalam memlihara lingkungan hidup. Kalau saya di apartemen ngga bisa ngapa-ngapain. Usaha saya palingan mengurangi sampah plastik dengan re-use, mengurangi pemakaian air dan listrik....

Ayik dan Ernut mengatakan...

ernut@emiko: yah..itulah usaha kecil kami, emiko..berawal dari diri sendiri, dimulai saat ini (sok alim).
What you are doing is also two thumbs up! Tos!