(ernut post)
Intro:
Istilah "wheng" ("wh"-nya dibaca berat seperti pada "what", dan "e"-nya dibaca seperti pada kata hama "wereng", bisa Yik?) di keluarga kami dipakai untuk menggambarkan seseorang atau kelakuan yang aneh, yang wagu, yang gemblung dan sejenisnya.
Cerita utama:
Malam minggu yang lalu, kami habiskan di jalanan kota Bandung. Di jalan Dago, ramai sekali saat itu, hampir semua anak muda tumplek bleg memenuhi jalanan untuk menikmati malam panjang. Lalulintas semrawut dan sarat kejutan. Salah satunya, tiba-tiba kami dikagetkan dengan wajah mringis putih mirip antara hantu dan badut yang tiba-tiba nongol di jendela mobil. Oh, rupanya pengamen!
Papi buru-buru ambil recehan karena Ulin Ulan jerit-jerit, aku buru-buru ambil kamera karena inget kamu Yik, wah ini harus di share di blog neh. Eh, rupanya..tau mau dipoto, si hantu malah bergaya! Dan sebetulnya, mas hantu ini punya rombongan, temennya yang lain malah berkostum ala hantu pocong yang pakaiannya putih-putih dan di kepalanya ada ikatan pocongnya, loncat-loncat diantara mobil-mobil yang macet..Sayang tidak menghampiri mobil kita, jadi aku kesulitan mengabadikannya.
Para sopir kebanyakan langsung memberi sedekah untuk mereka, mungkin menghargai kreativitasnya atau mungkin juga karena jijey..biar segera pergi.
Papi bilang, hanya satu kata untuk mereka "pengamen wheng!"
1 komentar:
lha aku kok seperti melihat mukaku ketika di masker ya Nut ? tapi aku belom wheng lho
Posting Komentar