(ayik's post)
Solo, dulu dan sekarang, apa bedanya ? ya ada dong, dulu kita tak mudah menemukan mall, kini tak bedanya kota besar, mall mulai menjamur di beberapa tempat. Yang jelas berbeda adalah tampilan beberapa tempat yang jadi ikon kota budaya ini. Jaman walikota Hartomo dulu di Gladag ditempatken suatu tugu Adipura lambang kebersihan, tugu ini adalah proyek kebanggaan sang walikota. Namun kini, tugu itu tak ada lagi, digantiken dengan sesosok patung Brigjen Slamet Riyadi yang gagah mengokang senjata siap memimpin pasukannya maju perang , tapi menurut Aizs, itu pose sang jenderal yang akan memberangkatkan balapan sepeda...tiga...dua...satu...dor !walahhh....Opo maneh ?
Sedangken nasib si Adipura, kini dia merana ditempat yang baru nun jauh dibawah jembatan Jurug di pinggir Bengawan Solo.Dengan tampilan yang memelas, dicat seadanya dan dipenuhi semprotan garfity yang nggak jelas. Padahal aku inget betul, aku menghadiri acara peresmian tugu kontroversial itu ditahun 1992 dalam suatu acara yang spektakuler, dengan Pak Hartomo dipanggul para penari dan diikuti pawai Ogoh-ogoh besar-besaran.
Solo dulu dan sekarang, apa bedanya ? banyak bedanya, ketika orang-orang baru tak lagi menghargai karya orang-orang lama. Namun bisalah dimengerti, karena terkadang proyek lama tak lagi relevan dengan kemajuan jaman. Hanya saja, mustinya adalah yang harus diambil dari Solo yang lama, kebersihan misalnya, sekarang jauh lebih semrawut ketimbang dulu. Secara, kapasitas penduduk & alat transportasi juga sudah beda.
Baiklah, buat apa memperdebatkan itu semua,yang penting dipikirkan adalah jangan tambah lagi ikon sebagai kota modern kalau harus menggusur bangunan lama di kota Solo. Cukup sudah, beteng Vastenburg jadi korbannya, yang sekarang peruntukannya cuma buat parkir semata.....nyesek didada....
Pekan Baca 2024
3 minggu yang lalu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar