Selasa, Oktober 07, 2008

Daur ulang yang ini lezat


(ayik's post)

Maraknya berita di media akhir-akhir ini mengenai adanya temuan makanan limbah hotel dan resto yang kemudian didaur ulang kembali menjadi sebentuk kuliner baru membuat saya prihatin se prihatin-prihatinnya...Temuan itu, ada orang yang mengolah daging kedaluwarsa sisa hotel dan restoran yang menumpuk di tempat sampah menjadi makanan, kemudian dijual kembali ke rumah makan dan pasar. Menurut pengakuan pelaku, bisnis tersebut sudah berlangsung selama lima tahun.

Jelas sangat menyesakkan berita ini. Tak ada kondisi lebih buruk suatu bangsa dari ketika untuk bertahan rakyatnya telah makan sampah busuk buangan hotel dan restoran yang didaur ulang dicampur bahan berbahaya formalin, zat pewarna kain, dan sejenisnya. Menyedihkan, hal itu telah terjadi selama lima tahun di Ibu Kota negara yang gemerlap kosmopolitannya terus menyedot urbanisasi.

So, bertumpu pada kabar berita diatas, hari itu adalah h+5 setelah lebaran, saya bertandang kerumah seorang kawan, ibu rumah tangga yang menurut hemat saya termasuk orang yang super kreatif....Saya langsung masuk kedapurnya dan melihat si Mrs. B (nama sengaja disamarkan, untuk menjaga nama baiknya...wakakak) lagi asyik memasak, judul menunya adalah sambel bajak daging, OK, karena sudah biasa saya tak sungkan-sungkan mencicipi masakannya, hmmm, not bad, enyak....(apa sih yang nggak enyak buatmu, Yik?)....Nah, ketika kita sudah dimeja makan dan melihat aneka ragam menu yang ada terhidang, barulah si empunya rumah cerita bahwa hampir semua menu yang terhidang hari itu adalah menu daur ulang dari hidangan sisa kemaren....walah...
Itu daging sapi sambel bajak adalah tus-tus an dari daging sapi yang kemaren dijuduli bestik..., lalu daging ayam suwir-suwir dalam sup segarnya kali ini adalah modifikasi dari sisa opor ayam yang kemudian digoreng dulu...,OMG.Lalu cah bakso kailannya berbahan baku bakso sisa sup kemaren...Belum lagi rendang telornya adalah sisa telor yang kemaren dibuat sambel goreng...

Memang yang kali ini bukan sisa dalam arti limbah resto atau hotel yang benar-benar busuk dan telah dibuang ditempat sampah, tapi rasanya kok ya nggak sreg ya...apalagi ini disajikan untuk anggota keluarga tercinta...daur ulang gitu lho...
Si Mrs B, sempat berfatwa bahwa, ini makanan biar sisa masih layak dikonsumsi dan lezat (menurut dia) dan (ini yang penting)...anggota keluarga nya nggak ada yang protes dimasakin menu daur ulang macam bgini. Begonoh...
Sayang aku nggak tega mau nanya , " Suami dan anak-anak tahu nggak kalau yang mereka makan kali ini adalah makanan sisa kemaren...?", kalau mereka kagak tahu, pantas ajah nggak ada yang protes...Wekekek...
Dari sekedar ngobrol iseng-iseng saya tanyakan, apakah acara memasak nan daur ulang ini memang sudah dibiasakan oleh si Mrs. B dalam kesehariannya ? dan jawabannya dengan nada bangga adalah..." Iya...".

Uups, kayaknya, saya harus berpikir-pikir lagi kalau diminta untuk mencicipi masakan hasil karya kreatifnya...Apalagi kalau makanannya dikirim kerumah kami...qiqiqi....

Untuk Anda, apakah Anda termasuk yang tidak keberatan makan masakan daur ulang ?




3 komentar:

Anonim mengatakan...

masak sendiri lebih enak khan mbak .... terjamin semuanya, aku dan suamiku nggak biasa makan di luar, atau jajan di warung karena memang bisa bangkrut hihihihi .. di sini beda sama di tanah air, selain jarang warung kalopun ada bisa bangkrut kalau terus2 an njajan, mahal soalnya, maka makan di rumahlah yang terbaik

Ayik dan Ernut mengatakan...

ernut@ely: konon aku dicritain temenku yang orang Sunda, di keluarganya kaluk lebaran ada kebiasaan bikin sayur "ulukutek"...yakni campuran aneka sisa sayur, ditumplek bleg jadi satu diangetin sampai kering kayak gudeg..trus cara menikmatinya ditemani uli yang dicocol di ulukutek itu...

Lebaran kemarin ini aku pingin ikut-ikutan, sisa opor, sambel goreng, sup dll tak campur jadi satu...akan tetapi hasilnya kok sayur jadi item menyeramkan..ndilalah sehari lupa ndak diangetin...setelah tak tengok malah jamuren...tolong!

Ayik dan Ernut mengatakan...

ayik@ely: sebagai pengelola RT kadang kita berpikir hemat 'kali kalo bisa daurulang masakan kemaren, tapi aku sendiri masih kurang "tega" membiarkan anak-anak makan masakan sisa kemaren yang "dibentuk" bak masakan baru...
kecuali kalu jenis sayurnya memang makin nyuss kala di angetin, diangetin berkali-kali lagi, misalnya jangan gori (bukan gudheg), gudheg (bukan jangan gori), jangan lombok,jangan lodhe, jangan tumpang....jangan-jangan aahhh.....
ayik@ernut: Nut, janganmu sing mbok campur kuwi judule aneh ya...jangan uwuh...