(ernut's post)
Halo Yik, aku dapat kiriman renungan dari temenku, Marpuah-Tanah Abang, yang isinya penting banget untuk instropeksi diri, seperti ini:
Andai dengan seizin Allah, Rasulullah dengan tersenyum teduh mengetuk pintu rumah kita. Apa yang akan kita lakukan?
Mestinya kita akan sangat bahagia, merasa terpilih dan dengan suka cita mempersilakan beliau masuk ruang tamu kita. Dan kita sangat ingin beliau berkenan menginap tentunya, dan beliau membalas undangan kita dengan senyumnya.
Akan tetapi.
Mungkin kita akan pula meminta beliau untuk menunggu sebentar di depan pintu..karena kita teringat majalah "Cosmopolitan" yang bertebaran di riang tamu kita, kita perlu dengan tergesa memindahkannya.
Beliau tetap tersenyum.
Kita juga ingat, kalender bergambar wanita-wanita dengan baju seksi yang menggantung di dinding ruang tengah kita. Kita perlu dengan tergesa menggulungnya dulu. Juga, kita perlu memindahkan kaligrafi yang tadinya dipasang di ruang belakang, untuk kita tampilkan di ruang tamu kita.
beliau tetap tersenyum.
Akan sudikah beliau menginap di rumah kita?
Bila beliau akhirnya menginap,..wah kita jadi ingat, anak-anak kita lebih hafal lagu-lagu Jikustik daripada lantunan salawat, bagaimana kalau Rasul tahu bahwa anak kita hanya tahu sedikit mengenai sejarah Rasulnya? Barangkali kita akan malu, karena anak-anak kita tidak hafal satupun keluarga Nabi, tetapi kalau hafal pemain sinetron..memang iya! Barangkali pula, kita harus menukar satu gudang untuk menjadi ruang sholat. Bagaimana dengan koleksi baju kita yang ternyata tidak ada yang sesuai untuk berhadapan dengan rasullulah? Barangkali kita juga akan malu, karena saat adzan maghrib berkumandang, tak ada dari kita yang ke masjid untuk memenuhi panggilan itu. Tetapi malah terus menonton TV. Barangkali kita juga akan malu, karena kita tak mengenal tetangga kita, tak tahu nama tukang angkut sampah rumah kita, tak tahu nama penjaga masjid lingkungan kita..
Akankah..kita masih menginginkan beliau masuk dan menginap di rumah kita?
Beliau masih tersenyum..
Senyum pilu..senyum getir. Betapa memalukan kehidupan kita saat ini di mata rasullullah.
Pekan Baca 2024
1 bulan yang lalu
1 komentar:
Hua...hua....minta malunya duooong....
Maaf kan aku Ya Rasul...........
Posting Komentar