Senin, Mei 12, 2008

Sawah depan rumaH



(ayik's post)
Sawah di depan rumah ku,semoga kamu masih ingat, Nut. Aadalah masih sawah yang dulu. Pemandangan inilah yang setiap hari 'tersantap' oleh mataku, terasa indah dan menyejukkan. Nuh jauh disebelah utara sawah adalah area 'rumah masa depan' alias pekuburan desa. Luasan sawah depan rumah yang masih utuh belum terjamah bangunan kurang lebih 4 pathok atau setara dengan 15.000 m2, cukup luas kan ? Yang empunya sawah ini adalah orang kaya yang 'belum' butuh duit, makanya sawah ini masih menganggur (belum terjual untuk area pemukiman) dan hanya melulu difungsikan sebagai sawah saja. Aku bersyukur dengan kondisi ini, karena dengan demikian aku masih bisa leluasa menikmati keindahan pemandangan sawah di depan rumah ku sampai si tuan tanah berkehendak menjual sawahnya untuk dibangun rumah-rumah. Jujur, kalau boleh ngaku, aku selalu berharap sawah di depan rumah biarlah tetap menjadi sawah saja walalupun harus berpindah tangan. Karena pemandangan sawah ini buat aku adalah view terindah yang selalu ingin aku lihat setiap aku bangun pagi dari tidurku.
Fenomena alam yang ditimbulkan oleh view sawah ini dari waktu ke waktu makin membuat aku jatuh cinta pada lingkungan tempat tinggalku. Rumah ku terletak hanya 200 m dari jalan raya Solo-Tawangmangu,suara bising kendaraan tak mampu mengusik ketenangan dilingkungan rumah kami. Rumah kami terletak tepat dijantung kota, tak jauh dari alun-alun kota dan kantor bupati, namun aku serasa tinggal di area yang jauh dari hiruk pikuk kota, karena ya itu tadi...., sawah di depan rumah adalah pelengkap fenomena alam pedesaan di tengah kota.
Aku gak bisa bayangkan kalau tiba-tiba sawah depan rumah aku menjadi kawasan perumahan seperti sepotong tanah di sebelah timur rumahku yang kini sudah dijejali 6 rumah sekelas realestat, oh Tidaaak....., aku pasti akan kehilangan view yang eksotis itu, berganti dengan rumah-rumah yang walau indah namun membuat pemandangan teasa sumpek bin empet.
Dan pagi ini, aku sangat menikmati padi membunting yang tinggal tunggu saat panen, menikmati teriakan pak tani yang dengan bernafsu menggoyangkan temali untuk mengusir burung-burung pemakan padi, juga suara gemericik air dari saluran irigasi di depan rumah. Duh, serasa telah dihadirkan suasana pedesaan yang sebenarnya.
(Foto diatas aku ambil tepat dari depan pagar rumah ku)

Tidak ada komentar: